Total Tayangan Halaman

Minggu, 07 Agustus 2011

Mantra pembuka mata ke tiga

Mantra pembuka mata ke tiga
Sesungguhnya yang dimaksud dengan Mata Ketiga adalahlambang dari indera keenam
yang dimiliki oleh setiap orang, namun semua itu belum di buka atau dibangkitkan. Dalam
ilmu Yoga, Mata Ketiga Dewa Shiwa disebut Ajna Chakra. Biasanya orang mempunyai 5
indera atau panca indera. Jadi mata ketiga adalah istilah lain untuk indera keenam yang
setiap orang memilikinyabaik pria maupun wanita. Dalam bahasa inggris kemampuan
mata ketiga disebut Extra Sensory Perception atau disingkat ESP.
Sebenarnya, setiap orang bisa membuka dan membangkitkan kekuatan gaib dari indera
keenamnya asalkan tahu caranya. Untuk dapat membuka dan membangkitkan indera
keenam (mata ketiga). Bacalah mantera berikut ini pada hari Jum’at malam Sabtu, disertai
puasa melek selama 24 jam.
Sebelum mandi bacalah terlebih dahulu mantera pembersih lahir dan bathin ini :
Bismillahirrahmannirrahim Niat ingsun adus jinabat banyu kodratullah Ngedusi sadulurku
papat, kalima pancer badan Nenem nyawa, pitu sukma Sah badan kari sampurna
Kemudian selama melakukan puasa melek, bacalah mantera pembuka dan
membangkitkan Ajna Chakra agar indera keenam terbuka dan bangkit kekuatan gaibnya.
Bacalaan Mantra pembangkit dan Pembuka Indera keenam :
Bismillahirrahmannirrahim Gedonge sukma pasebani sukma Nur sukma mulya talirosoku
tunggal Nguling-nguling kapangeran
Harap mantra pembuka dan pembangkit indera keenam ini dibaca berulang-ulang selama
melakukan puasa melek. Selamat mencoba dan semoga berhasil

meraga sukma

MERAGA SUKMA DENGAN AMALAN SURAH AL-KAHFI
Posted by mystys pada Mei 13, 2008
OLEH : R. BAMBANG SUKMARAGA
Jika ingin bertemu dengan ruh diri sendiri atau ruh orang lain, maka bacalah 4 ayat terakhir
dari surah Al-Kahfi. Kiranya, penjelasan yang sepertinya naïf ini bukanlah isapan jempol
semata….
Al-Qur’an adalah kitab suci ummat Islam yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW lewat perantara Malaikat Jibril as. Kitab ini terdiri dari 30 juz, 114 surah, yang isi
kandungannya menyelimuti seluruh aspek kehidupan dunia dan akhirat. Ada masalah Tauhid,
hukum, ilmu pengetahuan, juga kisah para anbiya dan mursalin atau kisah orang-orang shaleh yang
begitu gigih dan berani berkorban demi mempertahankan iman kepada Allah SWT. Salah satunya
adala kisah para pemuda beriman kepada Allah pengikut Nabi Isa as, di masa pemerintahan raja
Dikyanus (Dicius). Merekalah yang disebut sebagai Ashabul Kahfi. Kisah tentang mereka terdapat
dalam Surah Al-Kahfi.
Selain kisah para Ashbul Kahfi, di dalam surah ini juga diceritakan tentang Nabi Musa as yang
disertai salah seorang muridnya mencari Nabi Khidir as dipertemuan dua arus laut untuk belajar
ilmu gaib, namun sayang Nabi Musa tidak sabar sehingga tidak bisa menimba ilmu
tersebut.Menurut para ahli ilmu hikmah, jika seseorang membaca surah Al-Kahfi pada malam
Jum’at satu kali, maka akan diampuni oleh Allah dosanya selama satu minggu sebelumnya, dan satu
minggu sesudahnya.
Sedangkan ahli hikmah lainnya mengatakan, jika ingin bertemu dengan ruh diri sendiri atau ruh
orang lain, maka bacalah 4 ayat terakhir dari surah Al-Kahfi. Kiranya, penjelasan yang sepertinya
naïf ini bukanlah isapan jempil semata. Penulis adalah seorang saksi yang telah membuktikan
kebenarannya.
Kejadian ini saya alami sekitar tahun 86-an silam. Ketika itu, saya masih kuliah di salah satu
perguruan Agama Islam di Banjarmasin. Sebagai mahasiswa, saya amat suka membeli dan
membaca buku, baik yang berhubungan dengan mata kuliah, maupun buku-buku yang tidak ada
hubungannya sama sekali dengan perkuliahan. Misalnya, buku telepati atau buku-buku ilmu
hikmah.
Salah satu kitab ilmu hikmah yang penulis baca dan amalkan adalah Kitab Mujarabat. Saya pernah
mengamalkan membaca surah Al-Ikhlas disertai puasa mutih agar bisa bertemu dengan khodamnya
yang bernama Syekh Abdul Wahid, namun saya tidak berhasil untuk bertemu dengan khodam
tersebut.
Kemudian saya coba mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi sebanyak 160 kali. Apa yang
terjadi?
Menurut petunjuk kitab Mujarabat tersebut, jika Anda ingin bertemu dengan ruh diri Anda sendiri,
atau ruh orang lain, maka bacalah 4 ayat terakhir surat Al-Kahfi sebanyak 160x. Diceritakan bahwa
amalan ini pernah diamalkan oleh seseorang di dalam penjara di zaman Belanda.
Pada waktu tengah malam, orang tersebut didatangi oleh ruh dirinya sendiri yang mengatakan
bahwa dia sebentar lagi akan dibebaskan dari penjara. Tidak lama kemudian, orang tersebut
benarbenar
dibebaskan dari penjara.
Cerita tersebut, sangat menarik minat saya untuk mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi.
Waktu itu, kebetulan saya tinggal sendiri dikos-kosan. Dengan demikian saya bisa membuat
persiapan yang dibutuhkan dengan matang. Seperti menyediakan hio cap buah Tao, serta puasa hari
kamis. Malam Jum’atnya, barulah saya membaca amalan tersebut di atas susuai dengan petunjuk
yang ada dalam Mujarobat.
Ternyata, butuh waktu berjam-jam untuk menyelesaikan amalan tersebut. Namun, Alhamdulillah,
penulis berhasil menyelesaikannya dengan baik. Setelah itu, saya membakar hio kemudian
berbaring di atas dipan. Posisi tubuh telentang dengan kedua tangan disedekapkan di dada seperti
orang shalat sambil berdzikir.
Sebenarnya, tuntunan dzikir seperti ini tidak ada didalam kitab tersebut. Hal ini saya lakukan atas
inisiatif sendiri.
Ketika berdzikir “Khafi Allah…Allah,” penulis merasakan suatu kenikmatan yang luar biasa sampai
suatu ketika, saya dikejutkan oleh kehadiran anak-anak kecil berusia lima tahunan. Mereka
melempari tubuh penulis dengan bola-bola tenis.
Penulis jadi terusik dengan kehadiran mereka. Kemudian saya bangun untuk mengusir mereka.
Namun apa yang terjadi? Ketika saya bangkit, ternyata penulis dapat meninggalkan tubuh sendiri
yang telentang di atas dipan. Anehnya, hal yang musykil ini tidak sempat saya pikirkan. Penulis
malah langsung mengusir anak-anak tersebut hingga akhirnya mereka menghilang. Setelah itu, saya
terjalan kembali lagi ke tubuh semula yang masih terbaring di atas dipan.
Setelah sadar dengan pengalaman tersebut, saya bertambah yakin dengan kebenaran petunjuk di
dalam kitab. Karena itulah, pengalaman pertama melihat ruh diri sendiri di malam Jum’at tersebut,
membuat penulis ingin mengulanginya kembali.
Sama seperti malam Jum’at sebelumnya, kali ini pun saya melakukan prosesi yang serupa. Hingga
sampailah ketika saya sedang asyik dengan dzikiran, tiba-tiba saya dikagetkan dengan kemunculan
orang-orang tinggi besar.
Ya, tinggi badan orang-orang itu dari lantai sampai flafon. Tubuhnya yang tinggi besar ditumbuhi
oleh bulu-bulu hitam pekat. Tubuh mereka juga hanya dibungkus dengan cawat putih, dengan mata
sebesar bola pingpong berwarna merah.
Mereka melempari penulis dengan obor-obor yang menyala. Dalam hati penulis berpikir, “Pasti
mereka adalah orang tua dari anak-anak yang malam Jum’at sebelumnya menggangguku. Tentu
orang tua mereka menuntut balas padaku!”
Tanpa rasa takut walau sedikitpun, penulis bangkit dari tidur. Aneh, sama seperti kejadian
sebelumnya, tubuh penulis ketinggalan di atas dipan. Namun saya tidak menghiraukan hal tersebut.
Dengan gigih saya membalas serangan mereka dengan menangkap lemparan obor-obor mereka.
Setelah berhasil saya tangkap, kemudian penulis lempar lagi ke arah mereka.
Namun mereka begitu tangguh. Buktinya, mereka selalu bisa menghindari lemparan penulis.
Hingga, pada lemparan terakhir, penulis membaca ayat Qursyi. Kemudian melempar obor api itu
dengan sekuat tenaga. Akhirnya, terdengar lengkingan panjang. Merekapun menghilang.
Begitulah yang penulis alami. Subhanallah!
Setelah mengalami dua kali kejadian tersebut, maka pada malam Jum’at berikutnya, penulis
mengulang lagi amalan tersebut diatas. Namun kejadian kali ini sungguh luar biasa bagi penulis
yang waktu itu belum pernah berguru pada seseorang, sehingga tidak mengerti kejadian apa yang
sedang penulis alami.
Pada malam kejadian tersebut, saya merasakan tubuh saya dapat naik dan berputar-putar seperti
spirial. Pertama menembus atap rumah. Saya tentu kaget bukan kepalang. Terlebih saat menengok
ke bawah, maka saya dapat melihat tubuh sendiri yang masih telentang dengan posisi tangan
bersedekap seperti orang shalat.
Tubuh penulis terus naik dengan kecepatan yang tinggi. Tetapi di saat yang sama ada kenikmatan
luar biasa yang belum pernah penulis rasakan seumur hidup. Dalam kenikmatan tersebut, penulis
sempat melewati bintang-bintang dengan aneka warna yang sangat indah. Setelah itu, barulah
penulis ingat akan tubuhku yang masih tertinggal di bumi, tepatnya di atas dipan.
Lalu membatin, “Pastilah saya sedang dalam perjalanan menuju ke alam kematian. Alangkah
enaknya jika saya mati seperti ini. Karena menurut cerita, kalau orang mau mati, sakitnya luar biasa
sewaktu ruhnya mau keluar dari raga. Tetapi yang saya rasakan adalah sebaliknya, kenikmatan yang
luar biasa.”
Dalam perjalanan melewati bintang-bintang kali ini, penulis teringat kedua orangtua. Mereka
mengharapkan saya bisa menjadi sarjana. Tidak sebagaimana saudara-saudara penulis yang
kuliahnya berhenti di tengah jalan. “Lantas, kalau aku mati, pupuslah harapan mereka!” Batin
penulis. Karena itulah dalam seketika muncul keinginan tidak mau mati saat itu. Ya, penulis ingin
kembali ke dunia!
Seketika, saya terhempas ke bumi. Tubuh ini sampai terlonjak. Saya pun lalu menangis tanpa tahu
sebabnya. Untuk meredam tangis agar tidak didengar oleh para tetangga, maka saya pun menutup
mulut dengan bantal.
Sejak kejadian tersebut, saya tidak berani lagi mengamalkan 4 ayat terakhir surah Al-Kahfi tersebut.
Mengapa? Sebab saya sangat takut tidak bisa kembali lagi dan mati, untuk kemudian dikubur.
Padahal bisa jadi, saat itu saya belum semestinya mati.
Beberapa tahun kemudian, saya sempat bertemu dengan seorang yang ahli dalam ilmu Hikmah.
Ternyata, menurut H. Hasyim, salah seorang berderajat Waliyullah yang kebetulan bertemu dengan
penulis di kampung Karang Tengah, Martapura, Kalimantan Selatan, menjelaskan bahwa
sebenarnya kejadian yang saya alami itu bukan menuju alam kematian, tetapi menuju suatu tempat
dimana di tempat tersebut penulis akan diajarkan ilmu laduni.
Sedangkan guru spiritual penulis mengatakan, bahwa orang yang mengamalkan 4 ayat terkahir
surah Al-Kahfi, ruhnya akan menjadi ringan. Tapi orang yang mengamalkan 4 ayat itu, sebelumnya
harus mempunyai pagaran badan yang kuat agar tidak diganggu makhluk gaib sewaktu ruh atau
sukmanya meninggalkan badan.
Oleh guru spiritual ini, saya diminta untuk tidak melakukan meraga sukma untuk beberapa waktu.
Penulis diberi amalan untuk membuat pagaran badan agar kalau sedang meraga sukma tidak akan
mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Amalan untu pagaran badan ini berupa puasa selama 7
hari, serta wirid selama 7 malam berturut-turut.
Ahamdulillah, setelah selesai menjalani ritual pagaran badan, penulis diajak meraga sukma oleh
guru. Setelah itu penulis dengan mudah melakukan meraga sukma berkat mengamalkan 4 ayat
terakhir surah Al-Kahfi.
Demikian pengalaman sejati yang telah saya lakoni sendiri. Semoga ada hikmahnya. Pesan saya,
jangan sekali-kali mendalami ilmu gaib tanpa bimbingan seorang guru, sebab bisa fatal akibatnya.